MEMBENTUK
KELUARGA BAHAGIA
Keluarga Sejahtera, Keluarga Bahagia
Membentuk keluarga dan
memperoleh kebahagiaan, sesungguhnya merupakan satu kesatuan.Kebahagiaan dalam
membentuk keluarga ini wajar muncul mengingat di antara indikasi konsep bahagia
adalah berkurangnya ketegangan, kekecewaan dalam diri, dan munculnya rasa puas
baik dalam soal aspek fisik, mental, emosi, dan sosial. Singkatnya, kebahagiaan
ini merupakan penyempurna hidup.
Pengertian
Keluarga sejahtera diartikan oleh BKKBN sebagai
keluarga yang dibentuk atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan
spiritual dan material yang layak, dan mempunyai hubungan serasi, seimbang, dan
selaras antaranggota keluarga serta anggota keluarga dengan masyarakat dan
lingkungannya. Maka tak heran, manakala sebagian kriteria ini tak bisa
terpenuhi di dalam keluarga, kebahagiaan pun mulai terkikis dalam kehidupan
berkeluarga.
Keluarga yang tidak sejahtera dan terkikis rasa bahagianya akan tumbuh menjadi masyarakat yang tidak bahagia dan menjadi ancaman bagi kekuatan bangsa. Pasalnya, masyarakat yang tidak bahagia sulit mendorong diri mereka untuk berperan aktif, kreatif,dan produktif memajukan bangsa. Bahwa hidup sejahtera telah menjadi impian tiap keluarga, tentu tak perlu diperdebatkan lagi, karena kesejahteraan merupakan faktor pendorong kebahagiaan keluarga. Dan untuk itu,setiap keluarga harus berjuang keras demi meraih kesejahteraan ini.
Namun meski tiap keluarga memiliki tanggung jawab masing-masing untuk meraih kesejahteraan, merupakan tugas negaralah untuk memastikan bahwa setiap keluarga mendapat peluang yang sama dan dukungan yang maksimal untuk menjadi sejahtera.
Keluarga yang tidak sejahtera dan terkikis rasa bahagianya akan tumbuh menjadi masyarakat yang tidak bahagia dan menjadi ancaman bagi kekuatan bangsa. Pasalnya, masyarakat yang tidak bahagia sulit mendorong diri mereka untuk berperan aktif, kreatif,dan produktif memajukan bangsa. Bahwa hidup sejahtera telah menjadi impian tiap keluarga, tentu tak perlu diperdebatkan lagi, karena kesejahteraan merupakan faktor pendorong kebahagiaan keluarga. Dan untuk itu,setiap keluarga harus berjuang keras demi meraih kesejahteraan ini.
Namun meski tiap keluarga memiliki tanggung jawab masing-masing untuk meraih kesejahteraan, merupakan tugas negaralah untuk memastikan bahwa setiap keluarga mendapat peluang yang sama dan dukungan yang maksimal untuk menjadi sejahtera.
Tips
Memilih Pasangan Hidup
v Menikah
mengandung tanggung jawab yang besar. Oleh karena itu, memilih pasangan hidup
juga merupakan hal yang harus benar-benar diperhatikan. Rasulullah SAW telah
memberikan teladan dan petunjuk tentang cara memilih pasangan hidup yang tepat
dan islami. Insya Allah tips-tips berikut ini akan dapat bermanfaat.
A. Beberapa kriteria memilih calon istri
v Beragama
islam (muslimah). Ini adalah syarat yang utama dan
pertama.
v Memiliki
akhlak yang baik. Wanita yang berakhlak baik insya Allah
akan mampu menjadi ibu dan istri yang baik.
v Memiliki
dasar pendidikan Islam yang baik.
Wanita yang memiliki
dasar pendidikan Islam yang baik akan selalu berusaha untuk menjadi wanita
sholihah yang akan selalu dijaga oleh Allah SWT. Wanita sholihah adalah
sebaik-baik perhiasan dunia.
v Memiliki
sifat penyayang.
Wanita yang penuh rasa
cinta akan memiliki banyak sifat kebaikan.
v Sehat
secara fisik.
Wanita yang sehat akan
mampu memikul beban rumah tangga dan menjalankan kewajiban sebagai istri dan
ibu yang baik.
v Dianjurkan
memiliki kemampuan melahirkan anak. Anak adalah generasi
penerus yang penting bagi masa depan umat. Oleh karena itulah, Rasulullah SAW
menganjurkan agar memilih wanita yang mampu melahirkan banyak anak.
v Sebaiknya
memilih calon istri yang masih gadis terutama bagi pemuda
yang belum pernah menikah. Hal ini dimaksudkan untuk memelihara keluarga yang
baru terbentuk dari permasalahan lain.
B. Beberapa kriteria memilih calon suami
v Beragama
Islam (muslim). Suami adalah pembimbing istri dan
keluarga untuk dapat selamat di dunia dan akhirat, sehingga syarat ini mutlak
diharuskan.
v Memiliki
akhlak yang baik.
Laki-laki yang
berakhlak baik akan mampu membimbing keluarganya ke jalan yang diridhoi Allah
SWT.
v Sholih
dan taat beribadah.
Seorang suami adalah
teladan dalam keluarga, sehingga tindak tanduknya akan ‘menular’ pada istri dan
anak-anaknya.
v Memiliki
ilmu agama Islam yang baik.
Seorang suami yang
memiliki ilmu Islam yang baik akan menyadari tanggung jawabnya pada keluarga,
mengetahui cara memperlakukan istri, mendidik anak, menegakkan kemuliaan, dan
menjamin kebutuhan-kebutuhan rumah tangga secara halal dan baik.
v Dianjurkan
memilih calon pasangan hidup yang jauh dari silsilah kekerabatan.
Hal ini dimaksudkan untuk menjaga keturunan dari penyakit-penyakit menular atau
cacat bawaan kekerabatannya. Selain itu juga dapat memperluas pertalian
kekeluargaan dan ukhuwah islamiyah.
v Antara memilih dan dipilih.
Begitulah sesungguhnya hidup ini. Hal ini dikarenakan kehidupan manusia di
dunia ini sering diwarnai sebuah proses pilihan hidup yang saling susul
menyusul, yang selalu hadir dalam dua buah kondisi : Memilih ataukah dipilih!
Dan salah satu kenyataan hidup yang tak dapat kita hindari adalah keniscayaan
untuk memilih calon suami atau istri sebagai pendamping hidupnya di dunia
bahkan hingga di akhirat.
Masalah
Pertama Yang Harus Diperhatikan.
Dalam membentuk sebuah keluarga yang sakinah,
mawaddah, warahmah, pemilihan pasangan hidup merupakan pintu gerbang pertama
yang harus dilewati secara benar sebelum masuk kepada lembaga keluarga Islami
yang sesungguhnya, sehingga perjalanan selanjutnya menjadi lebih mudah dan
indah untuk dilalui.
Karena itu ajaran Islam sangat menekankan system
pemilihan pasangan hidup yang berpedoman kepada nilai-nilai Islam. Tujuannya
agar lelaki yang shalih akan mendapatkan wanita yang shalihah, demikian pula
sebaliknya.
v Akibat
Salah Memilih
Akibat salah dalam
memilih pasangan hidup, banyak pasangan suami istri yang menghadapi kesulitan
dan hidupnya malah tidak bahagia, bahkan perceraian dan gonta ganti pasangan
menjadi sesuatu yang sudah biasa dilakukan. Dewasa ini, begitu banyak kasus
pertikaian di dalam sebuah keluarga, dari sekedar konflik yang berbentuk
pertengkaran mulut sampai dengan penganiayaan fisik bahkan pembunuhan, yang
disebabkan oleh kesalahan langkah awal dalam membentuk rumah tangga.
Iklim pergaulan di
masyarakat kita yang memang cenderung permisif dan belum Islami, merupakan
penyebab utama yang melahirkan pernikahan sebatas dorongan nafsu semata. Tolak
ukur pencarian pasangan hidup jarang yang berorientasi pada nilai-nilai agama.
Melainkan seringkali hanya sebatas keindahan fisik, melimpahnya materi dan
mulianya status di masyarakat, atau bahkan hanya karena sudah terlanjur cinta
yang telah menyebabkan mata hati menjadi buta terhadap kebaikan dan keburukan
orang yang dicinta.
camkanlah nasehat
Luqman Al Hakim berikut ini:
“Wahai anakku, takutlah
terhadap wanita jahat karena dia membuat engkau beruban sebelum masanya. Dan
takutlah wanita yang tidak baik karena mereka mengajak kamu kepada yang tidak
baik, dan hendaklah kamu berhati-hati mencari yang baik dari mereka.”
Siapa
Yang Harus Kita Pilih?
Islam telah mengajarkan dengan cermat atas dasar apa
kita harus memilih pasangan hidup kita:
“Dinikahi wanita atas dasar empat perkara: karena
hartanya, karena kecantikannya, karena keturunannya, dan k arena agamanya.
Barangsiapa yang memilih agamanya, maka beruntunglah ia.” (HR. al Bukhari dan
Muslim).
Maka jelaslah bagi kita bahwa ada empat dasar dalam
menentukan siapa yang layak untuk kita pilih menjadi pasangan hidup kita, yakhi
kekayaan, keelokan, keturunan serta akhlak dan agama. Dan di antara semuanya,
maka akhlak dan agama menjadi jaminan kedamaian dan kebahagiaan, sebaliknya
pengabaian bahkan pengingkaran terhadap masalah ini akan menyebabkan fitnah dan
kerusakan yang besar bagi para pelakunya. Alangkah indahnya memang bila
kesemuanya terkumpul pada diri seseorang hamba Allah.
Yang
pertama adalah perihal kekayaan
Hal ini memang utama, bahkan Rasullah saw adalah
seorang dermawan yang paling banyak sedekahnya, tetapi pernikahan bukanlah
sekedar transaksi perdagangan semata, bahkan Allah mengancam mereka yang
menikah semata-mata karena mengharapkan kekayaan dengan kefakiran:
”Barangsiapa yang menikahi wanita karena hartanya,
Allah tidak akan menambahkannya kecuali kefakiran..” (HR. Ibnu Hibban).
Yang
kedua adalah keelokan
Hal ini juga memang boleh-boleh saja dan menyukai
keelokan memang fitrah manusia, bahkan Allah sendiri indah dan menyukai
keindahan, tetapi pernikahan pun bukan sekedar kesenangan mata belaka.
Sesungguhnya keelokan merupakan karunia Allah kepada hamba-Nya, yang kelak
pasti akan diambil-Nya secara perlahan dengan bertambahnya usia sang hamba.
Dan
ketiga adalah keturunan,
Demikian pula hal ini juga sesuatu yang utama,
tetapi pernikahan pun bukan sekedar kebanggaan silsilah yang justru bias
membawa kepada penyakit ‘ashobiyah’. Bahkan Allah mengancam mereka yang
menikahi seseorang hanya untuk mengejar keturunan, dengan memberikan kerendahan
bukan kemuliaan.
“Barangsiapa yang menikahi wanita karena
keturunannya, Allah tidak akan menambahkan kecuali kerendahan…”(HR. Ibnu
Hibban)
Terakhir
yang keempat adalah akhlak dan agama
Inilah faktor yang paling utama, yang tidak boleh
tidak, harus ada pada calon pasangan hidup kita. Semakin baik akhlak dan agama
seseorang, maka seakan-akan semakin jelaslah kebahagiaan sebuah rumah tangga
telah terbentang dihadapan kita. Akhlak dan agama disini bukanlah sebatas ilmu
dan retorika atau banyaknya hapalan di kepala, melainkan mencakup ucapan dan
perbuatan sebagai cerminan dari hati seseorang yang telah melekat dalam
kepribadiannya, dan inilah TAQWA yang sebenarnya!.
Cara
Mendidik Anak Supaya Patuh
Bukan dengan menghukum atau cara kekerasan.
Anak yang patuh bukanlah dibentuk dengan cara kekerasan atau hukuman. Kepatuhan pada anak justru bisa dimunculkan dari kesadaran dalam diri anak tersebut. Orangtua sebaiknya mendidik kepatuhan anak dengan cara yang membuatnya menyadari bahwa kepatuhan adalah nilai positif.
Sayangnya hal itu tidaklah tidaklah mudah. Semua harus melewati proses yang membutuhkan kesabaran dan usaha ekstra, dan tentunya hal ini bukanlah hal yang tidak mungkin.
Berikut adalah cara untuk melatih dan membuat anak supaya menjadi lebih patuh:
Anak yang patuh bukanlah dibentuk dengan cara kekerasan atau hukuman. Kepatuhan pada anak justru bisa dimunculkan dari kesadaran dalam diri anak tersebut. Orangtua sebaiknya mendidik kepatuhan anak dengan cara yang membuatnya menyadari bahwa kepatuhan adalah nilai positif.
Sayangnya hal itu tidaklah tidaklah mudah. Semua harus melewati proses yang membutuhkan kesabaran dan usaha ekstra, dan tentunya hal ini bukanlah hal yang tidak mungkin.
Berikut adalah cara untuk melatih dan membuat anak supaya menjadi lebih patuh:
1.
Konsisten
Untuk melatih anak
supaya lebih patuh Anda harus konsisten dalam menentukan peraturan. Bila hari
ini Anda melarangnya bermain di jalanan, maka minggu depan peraturan ini harus
tetap dijalankan, karena anak selalu mencari celah untuk bisa melanggar aturan
yang dibuat orangtuanya.
2. Bersikap lembut
Anak umumnya tidak dapat merespon dengan baik bila kita menghadapi mereka dengan bentakan atau amarah. Tegas bukan berarti harus bersikap keras, Anda bisa lebih lembut. Coba untuk mengerti perasaan mereka dan tekankan bahwa mereka harus bisa mengikuti peraturan dan arahan Anda.
3. Memberi contoh
Ini adalah cara yang paling efektif untuk membuat anak patuh. Beri contoh pada mereka apa yang harus mereka perbuat. Jangan sampai mereka justru melihat Anda melakukan hal yang Anda larang kepada mereka.
2. Bersikap lembut
Anak umumnya tidak dapat merespon dengan baik bila kita menghadapi mereka dengan bentakan atau amarah. Tegas bukan berarti harus bersikap keras, Anda bisa lebih lembut. Coba untuk mengerti perasaan mereka dan tekankan bahwa mereka harus bisa mengikuti peraturan dan arahan Anda.
3. Memberi contoh
Ini adalah cara yang paling efektif untuk membuat anak patuh. Beri contoh pada mereka apa yang harus mereka perbuat. Jangan sampai mereka justru melihat Anda melakukan hal yang Anda larang kepada mereka.
4.
Puji mereka
Jangan ragu untuk memuji dan membesarkan hati mereka ketika mereka melakukan hal yang kita inginkan. Dengan begitu mereka akan merasa lebih dihargai atas usahanya.
5. Menjelaskan hal kepada mereka
Jelaskan kepada mereka maksud dan tujuan baik Anda menetapkan aturan pada mereka, sehingga mereka mengerti kenapa mereka harus mematuhi peraturan yang Anda buat.
Jangan ragu untuk memuji dan membesarkan hati mereka ketika mereka melakukan hal yang kita inginkan. Dengan begitu mereka akan merasa lebih dihargai atas usahanya.
5. Menjelaskan hal kepada mereka
Jelaskan kepada mereka maksud dan tujuan baik Anda menetapkan aturan pada mereka, sehingga mereka mengerti kenapa mereka harus mematuhi peraturan yang Anda buat.
10
TIPS MEMBINA RUMAH TANGGA HARMONIS
v Jangan
melihat ke belakang
Jangan pernah mengungkit-ungkit alasan saat awal
menikah. “Kenapa saya waktu itu mau nerima aja, ya? Kenapa nggak saya tolak?”
Buang jauh-jauh lintasan pikiran ini. Langkah itu sama sekali tidak akan
menghasilkan perubahan. Justru, akan menyeret ketidakharmonisan yang bermula
dari masalah sepele menjadi pelik dan kusut. Jika rasa penyesalan berlarut,
tidak tertutup kemungkinan ketidakharmonisan berujung pada perceraian.
Karena itu, hadapilah kenyataan yang saat ini kita
hadapi. Inilah masalah kita. Jangan lari dari masalah dengan melongkok ke
belakang. Atau, na’udzubillah, membayangkan sosok lain di luar pasangan kita.
Hal ini akan membuka pintu setan sehingga kian meracuni pikiran kita.
v Berpikir
objektif
Kadang, konflik bisa menyeret hal lain yang
sebetulnya tidak terlibat. Ini terjadi karena konflik disikapi dengan
emosional. Apalagi sudah melibatkan pihak ketiga yang mengetahui masalah
internal rumah tangga tidak secara utuh. Cobalah lokalisir masalah pada pagarnya.
Lebih bagus lagi jika dalam memetakan masalah ini dilakukan dengan kerjasama
dua belah pihak yang bersengketa. Tentu akan ada inti masalah yang perlu
dibenahi.
Misalnya, masalah kurang penghasilan dari pihak
suami. Jangan disikapi emosional sehingga menyeret masalah lain. Misalnya,
suami yang tidak becus mencari duit atau suami dituduh sebagai pemalas. Kalau
ini terjadi, reaksi balik pun terjadi. Suami akan berteriak bahwa si isteri
bawel, materialistis, dan kurang pengertian. Padahal kalau mau objektif,
masalah kurang penghasilan bisa disiasati dengan kerjasama semua pihak dalam
rumah tangga. Tidak tertutup kemungkinan, isteri pun ikut mencari penghasilan,
bahkan bisa sekaligus melatih kemandirian anak-anak.
v Lihat
kelebihan pasangan, jangan sebaliknya
Untuk menumbuhkan rasa optimistis, lihatlah
kelebihan pasangan kita. Jangan sebaliknya, mengungkit-ungkit kekurangan yang
dimiliki. Imajinasi dari sebuah benda, bergantung pada bagaimana kita
meletakkan sudut pandangnya. Mungkin secara materi dan fisik, pasangan kita
mempunyai banyak kekurangan. Rasanya sulit sekali mencari kelebihannya. Tapi,
di sinilah uniknya berumah tangga. Bagaimana mungkin sebuah pasangan suami
isteri yang tidak saling cinta bisa punya anak lebih dari satu.
Berarti, ada satu atau dua kelebihan yang kita
sembunyikan dari pasangan kita. Paling tidak, niat ikhlas dia dalam mendampingi
kita karena Allah sudah merupakan kelebihan yang tiada tara. Luar biasa
nilainya di sisi Allah. Nah, dari situlah kita memandang. Sambil jalan, segala kekurangan
pasangan kita itu dilengkapi dengan kelebihan yang kita miliki. Bukan malah
menjatuhkan atau melemahkan semangat untuk berubah.
v Saling
percaya
Tanpa rasa saling percaya antara pasangan
suami-istri, perkawinan tentu tak akan berjalan mulus. Bagaimana bisa mulus
jika suami atau istri selalu mengawasi gerak-gerik kita karena
ketidakpercayaannya itu? Yang muncul adalah kegelisahan, kecurigaan,
kekhawatiran, tak pernah merasa tenteram, dan sebagainya. Ujung-ujungnya, Anda
berdua justru saling menyalahkan dan menuduh. Rasa saling percaya akan
mengantarkan Anda pada perasaan aman dan nyaman. Kuncinya, jangan sia-siakan
kepercayaan yang diberikan suami Anda. Istri tak perlu mencurigai suami, dan
sebaliknya, suami juga tak perlu mencurigai istri. Membangun rasa saling
percaya juga merupakan perwujudan cinta yang dewasa.
v Kebutuhan
Seks
Perkawinan tanpa seks bisa dibilang seperti sayur
tanpa garam. Hambar. Ya, seks memang perlu. Dan meski aktivitas seks sebetulnya
bertujuan untuk memperoleh keturunan, namun manusia perlu juga mengembangkan
seks untuk mencapai kebahagiaan bersama pasangan hidupnya. Kegiatan seks
mestinya adalah penyerahan total, saling menyerahkan diri kepada suami atau
istrinya sehingga hubungan terpupuk semakin dalam. Kegiatan seks yang timpang
akan menjadi masalah serius bagi suami- istri. Uring-uringan, cekcok, dan ahkan
mencari pelampiasan di luar, merupakan akibat yang biasanya muncul jika soal
yang satu ini muncul.
Prinsip hubungan seks yang baik adalah adanya
keterbukaan dan kejujuran dalam mengungkapkan kebutuhan Anda masing-masing.
Intinya, kegiatan seks adalah untuk saling memuaskan, namun perlu dihindari
adanya kesan mengeksploitasi pasangan. Kegiatan seks yang menyenangkan akan
memberikan dampak positif bagi Anda berdua.
v Hindari
pihak ketiga
Kehidupan perkawinan merupakan otonomi tersendiri,
yang sebaiknya tak dicampuri oleh pihak lain, apalagi pihak ketiga. Kehadiran
pihak ketiga yang ikut campur tangan atau mempengaruhi dan masuk ke wilayah
otoritas keluarga, bisa menciptakan bencana bagi rumah tangga tersebut. Banyak
contoh keluarga yang hancur gara-gara pihak ketiga ikut main di dalamnya. Entah
campur tangan mertua, saudara ipar, kekasih simpanan, tetangga, dan sebagainya.
Jadi, bila Anda menginginkan kehidupan rumah tangga Anda langgeng bahagia,
sebisa-bisanya hindari campur tangan pihak ketiga.
v Menjaga
romantisme
Terkadang, pasangan suami-istri yang sudah cukup
lama membangun mahligai rumah tangga tak lagi peduli pada soal yang satu ini.
Tak ada kata-kata pujian, makan malam bersama, bahkan perhatian pun seperti
barang mahal. Padahal, menjaga romantisme dibutuhkan oleh pasangan suami-istri
sampai kapan pun, tak cuma ketika mereka berpacaran. Sekedar memberikan bunga,
mencium pipi, menggandeng tangan, saling memuji, atau berjalan-jalan menyusuri
tempat-tempat romantis akan kembali memercikkan rasa cinta kepada pasangan
hidup Anda. Tentu, ujung-ujungnya pasangan suami-istri akan merasa semakin erat
dan saling membutuhkan.
v Adakan
komunikasi
Komunikasi juga merupakan salah satu pilar
langgengnya hubungan suami-istri. Hilangnya komunikasi berarti hilang pula
salah satu pilar rumah tanga. Bagaimana mungkin hubungan Anda dengan suami akan
mulus jika menyapa pun Anda enggan. Jika rumah tangga adalah sebuah mobil, maka
komunikasi adalah rodanya. Tanpanya, tak mungkin rasanya rumah tangga berjalan.
Banyak terjadi, suami atau istri apatis terhadap
pasangannya karena terlalu sibuk bekerja. Suami-istri bekerja, sementara anak
sibuk dengan urusannya sendiri, sehingga rumah hanya seperti tempat kos,
masing-masing pribadi tidak saling tegur sapa. Ini sama halnya menaruh bom
waktu yang sewaktu-waktu bisa meledak. Bisa-bisa, di antara Anda kemudian
mencari pelampiasan dengan mencari teman di luar untuk curhat dan tak betah
lagi tinggal di rumah. Jadi, cobalah untuk selalu menjaga komunikasi dengan
suami. Luangkan waktu untuk duduk atau ngobrol bersama, sekalipun hanya 5 menit
setiap hari. Teleponlah atau kirimkan imil pada saat Anda berdua berada di
kantor Anda masing-masing. Atau makan siang bersama. Intinya, ciptakan
komunikasi, sehingga masing-masing pribadi merasa dibutuhkan.
v Saling
memuji dan memperhatikan
Meski sepele, pujian atau perhatian sangat besar
pengaruhnya bagi suami, dan sebaliknya. Ucapan bernada pujian akan semakin
memperkuat ikatan suami-istri. Tanpa pujian atau perhatian, bisa-bisa yang ada
hanya saling mencela dan merendahkan. Memberikan pujian ringan seperti “Masakan
Mama hari ini luar biasa, lho!” atau “Wah, Papa tambah keren pakai dasi itu.”
Ucapan-ucapan sepele seperti itu akan memberikan dorongan/semangat yang luar
biasa. Pasangan Anda pun akan merasa dihargai. Memuji tak butuh biaya atau
ongkos mahal, kok. Yang dibutuhkan adalah ketulusan dan rasa cinta pada
pasangan.
v Sertakan
sakralitas dalam rumah tangga
Salah satu pijakan yang paling utama seorang rela
berumah tangga adalah karena adanya ketaatan pada syariat Allah. Padahal, kalau
menurut hitung-hitungan materi, berumah tangga itu melelahkan. Justru di
situlah nilai pahala yang Allah janjikan.
Ketika masalah nyaris tidak menemui ujung
pangkalnya, kembalikanlah itu kepada sang pemilik masalah, Allah SWT. Pasangkan
rasa baik sangka kepada Allah SWT. Tataplah hikmah di balik masalah. Insya
Allah, ada kebaikan dari semua masalah yang kita hadapi.
Lakukanlah pendekatan ubudiyah.
Jangan bosan dengan doa. Bisa jadi, dengan taqarrub pada Allah, masalah yang
berat bisa terlihat ringan. Dan secara otomatis, solusi akan terlihat di depan
mata. Insya Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar