LuPhe_mE

Sabtu, 10 Maret 2012

Asal mula dan Sejarah Suku Aceh.


Asal mula dan Sejarah Suku Aceh.


Suku bangsa ini dalam kitab Sejarah Melayu disebut Lam Muri, Marcopolo yang singgah disana menyebutnya Lambri. Para penjelajah Portugis menyebutnya Akhir. Para penulis asing lain menyebutnya Achinese, Achehnese, Atchinese, Achin, Asji, A-tse, Atjeher. Dan orang aceh sendiri menyebut dirinya Ureung Aceh. [3]
Suku bangsa Aceh merupakan hasil pembaharuan beberapa bangsa pendatang dengan beberapa suku bangsa asli di sumatera, yaitu Arab, India, Parsi, Turki, Melayu, Minangkabau, Batak, Nias, Jawa dan lain-lain. Suku bangsa Aceh boleh berbangga karena daerah mereka adalah pintu gerbang pertama masuknya Islam ke Indonesia, yaitu sekitar abad ke 12-14 Masehi. Pada Zaman dulu Aceh juga menjadi tempat persinggahan jamaah Haji Nusantara sewaktu pergi dan kembali berlayar dari Mekkah, sehingga dijuluki Serambi Mekkah. Pada Zaman dahulu masyarakat Aceh terbagi-bagi  menjadi sejumlah kerajaan kecil, seperti Indrajaya, Indraputri, Indrapatra, Pasei, Benua, Daya, Peureulak, Idi, Pidie, Meulaboh, Linge, dan lain-lain. Seluruh kerajan tersebut akhirnya disatukan oleh Kesultanan Aceh Darusalam. Mereka juga terkenal sebagai bangsa yang gigih menentang kolonialisme Belanda dalam perang yang lama dan melelahkan.[5]

Letak geografis:Suku Aceh merupakan salah satu propinsi yang letaknya di kawasan bagian barat atau bagian penghujung bagian utara pulau sumatra.Propinsi ini terletak pada garis 2 LU-6 LU dan 98 BT,yang terhampar di areal seluas 55,390 km².Tempratur udaranya berkisar antara 12-23 C. Keadaan suhu daerah pesisir relatif agak panas,suhu udara pada waktu panas terik mencapai 32 C dan suhu udara pada bulan Agustus berkisar antara 19-23 C. jadi,tidak heran bila di daerah tersebut banyak orang bertani,berkebun,nelayan dan lain –lain.Keberadaan:Jumlah penduduk Suku Aceh pada tahun 1977 adalah 2.345.784 jiwa.Pertambahan penduduk di daerah Aceh pada tahun 1930-1961 adalah 1,6%,dalam periode 1961-1971 adalah 2,1%.
Unsur – unsur kebudayaan suku aceh
System religi:
1. Orang Aceh adalah penganut agama Islam yang taat. Meskipun demikian, di antara mereka ada yang masih menjalankan praktek kepercayaan animisme dan dinamisme. Ada orang–orang tertentu yang biasa mempraktekkan guna-guna atau ilmu gaib dan kelompok masyarakat yang menjalankan beberapa uapacara tradisional yang bukan berasal dari agama Islam, seperti kenduri blang dan kenduri laut. Kenduri blang adalah upacara kesuburan yang biasa dilakukan setiap tahun oleh masyarakat petani Aceh dan Gayo. Sedangkan kenduri laut atau upacars turun ke laut diadakan oleh para nelayan  Aceh dalam rangka meminta restu kepad Penguas Laut. Upacara ini masih dapat ditemukan pada masyarakat desa Ujong Pusong dan Ujong Blang di kabupaten Aceh Barat.
2. Sistem Sosial.Bentuk kekerabatan yang utama dalam masyarakat Aceh adalah keluarga inti, karena umumnya anggota rumah tangga terdiri dari ayah, ibu dan anak-anknya saja. Prinsip garis keturunannya adalah bilineal dan bilateral. Kelompok kerabat yang paling menonjol adalah keluarga luas uksorilokal, yaitu pengelompokan keluarga di lingkungan pihak perempuan. Karena setelah kawin anak akan tinggal beberapa bulan di rumah orang tuanya, tapi biasanya segera akan membentuk rumah tangga sendiri dekat lingkungan pihak istri.
.Secara umum pelapisan sosial suku Aceh sekarang sebagai berikut:
-Golongan penguasa=>terdiri penguasa pemerintah dan penguasa pegawainegri.
-Golongan hartawan=>terdiri dari pedagang besar,pemilik perkebunan,dan pemilik ternak.
-Golongan rakyat=>terdiri dari petani miskin,nelayan,buruh,dan pegawai rendahan.
3. Sistem Mata Pencaharian.
Masyarakat ini sebagian besar hidup dari mata pencaharian bertani padi di sawah atau ladang. Sebagian ada pula yang berkebun kelapa, cegkeh, kopi, lada, kelapa sawit dan lain-lain. Mereka yang berdiam di pesisir pantai atau sungai umumnya bekerja sebagi nelayan. Pekerjaan-pekerjan tersebut mengunakan peralatan sederhana seperti cangkoi (cangkul), langai (bajak yang ditarik kerbau atau sapi), creuh (sikat untuk meratakan sawah), sadeub (sabit), dan gleem (ani-ani).
4. Peralatan hidup
Rumah tradisonal suku Aceh dinamakan Rumoh Aceh. Rumah adat ini bertipe rumah panggung dengan 3 bagian utama dan 1 bagian tambahan. Tiga bagian utama dari rumah Aceh yaitu seuramoë keuë (serambi depan), seuramoë teungoh (serambi tengah) dan seuramoë likôt (serambi belakang). Sedangkan 1 bagian tambahannya yaitu rumoh dapu (rumah dapur).
· Senjata yang di gunakan yaitu:
· rencong,sebuah alat yang bentuknya menyerupai huruf L
· siwah
· geuliwang dan peudeueng.
· pedang daun tebu dan oo ngom yang biasa digunakan oleh panglima-pangliam perang , serta pedang reudeuh unutk para prajuit kerajaan
· Pakaian tradisonal suku Aceh memiliki seperangkat pakaian adat lazim dikenakan dalam penyelengaraan upacara-upacara adat. Pakain adat ini dibedakn atas pakaian yang dikenakan kaum pria dan wanita. Unutk kaum pria, mereka mengenkan pakian adapt yang terdiri atas jas dengan leher tertutup (biasa disebut jas tutup). Jenis pakian ini tampaknya mendapat kebudayaan dari barat. Selain itu dikenakan celana panjang (disebut cekak musang), kain sarung (pendua), kopiah (makutup), serta sebilah rencong yang diselipkan pad bagian perut. Sedangkan unutk pakaian wanita terdiri dari baju panjang sampai ke pinggul, celan apnjang  (cekek musang), dan kain sarung (pendua), sebagai pelengkap pakaian dikenakan beberapa perhiasan sperti, kalung (kula), ikat punggang (pending), gelang tangan dan gelang kaki

5. bahasa
· Bahasa Aceh adalah bagian dari rumpun bahasa Austronesia. Bahasa ini dituturkan di Aceh, dominan di sebagian besar wilayah pesisir ujung utara Sumatera. Bahasa Aceh memiliki hubungan erat dengan kelompok bahasa Cam di Kamboja dan Vietnam.
· Bahasa Aceh termasuk rumpun bahasa Austronesia, sub rumpun bahasa Hesperonesia. Penutur bahas ini diperkirakan berjumlah sekitar 2,5 juta jiwa yang tersebar di lima kabupaten di Daerah Istimewa Aceh. Bahasa Aceh terbagi menjadi beberapa dialek, seperti, dialek Pidie, Meulaboh, Matang, Aceh Besar, dan Tunong. Aksara yang pernah berkembang dalam masyarakat ini adalah tuliasan Arab-Melayu yang mereka sebut tulisan jawoi.

6. Kesenian Aceh banyak dipengaruhi oleh kebudayaa Islam, namun telah dikembangkan dan disesuaikan dengan lingkungan sosial budaya Aceh sendiri. Seni Kaligrafi Arab banyak juga berkembang di daerah ini, seperti terlihat pada berbagai ukiran dan pada relief masjid, rumah dan surau mereka.[17]  

Unsur kesenian yang paling menonjol dari suku Aceh adalah seni tari dan bela diri. Beberapa jenis tarian yang terkenal adalah:
Tari Seudati, nama tarian ini berasal dari kata Syahadat, yang berarti saksi/bersaksi/pengakuan terhadap Tiada Tuhan selain Allah, dan Nabi Muhammad utusan Allah. Tarian ini juga termasuk kategori Tribal War Dance atau Tari Perang, yang mana syairnya selalu membangkitkan semangat pemuda Aceh untuk bangkit dan melawan penjajahan. Oleh sebab itu tarian ini sempat dilarang pada zaman penjajahan Belanda, tetapi sekarang tarian ini diperbolehkan kembali dan menjadi Kesenian Nasional Indonesia.[18]
  Tari Ranub Lam Puan, yaitu tarian kehormatan dalam menyambut tamu. Tari ini dimainkan oleh gadis-gadis dengan pakaian adat Aceh sambil menyuguhkan “ranub” (peringkat sirih) kepada tamu.
Saman, tari yang dibawakan dengan diiringi syair-syair berisikan ajaran-ajaran kebajikan. Dilakukan dalam posisi duduk berbanjar, dengan irama dan gerak tari yang dinamis. Tarian ini terdapat di Aceh tenggara, Tarian serupa tapi tidak sama juga terdapat di Aceh Tengah dengan nama didong.



   -Dabol=>suatu bentuk kesenian yang di mainkan oleh beberapa orang dengn mengunakan gendrang.pemainan ini di pimpin oleh khalifah.
   -Sama Gayo=>Suatu bentuk kesenian yang di mainkan oleh bebrapa orang laki-laki.Pada bentuk kesenian ini terpadu unsur seni suara dan tari. 
  -Rapa’i, yaitu satu-satunya kesenian yang memakai musik semacam rebana besar. Rapa-i dimainkan sambil berdzikir. Rapa’i Pase bentuknya lebih besar dan ditabuh dengan tangan sambil digantung. Di Aceh barat terdapat Rapa’i Geleng yang merupakan perpaduan antara rapa’I dengan saman.

Seni bela diri tradisional yang terkenal dari Aceh adalah pencak silat. Kesenian ini merupakan perpaduan antara seni tari dan seni olah tubuh. Tidak saja orang laki-laki yang boleh membawakan seni bela diri ini, juga banyak kaum wanita yang melakukannya untuk melatih gerak dan kelenturan tubuh serta membangkitkan keberanian. Pencak silat diajarkan sejak masa kanak-kanak dan biasanya pengajarnya menjadi satu dengan pengajaran mengaji di surau-surau atau masjid.[19]

7. Pengetahuan 
      Masyarakat adat Aceh memiliki sistem pengetahuan yang mencangkup tentang fauna,felora,bagian tubuh manusia,gejala alam,dan waktu.Mereka mengetahui dan memiliki pengetahuan itu dari ”dukun”,”orang tua adat”,dan “keujuren”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar